Selasa, 23 April 2013

kesehatan lingkungan

7 Masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia

Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama di kota-kota besar. Hal tersebut disebabkan, antara lain:
1. Urbanisasi penduduk

Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota. Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-bondong datang ke kota besar mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak langsung membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan, seperti munculnya permukiman kumuh dimana-mana.
2. Tempat pembuangan sampah

Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan air selain lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agens dan vektor penyakit menular.
3. Penyediaan sarana air bersih

Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60% penduduk Indonesia mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk perkotaan, selebihnya mempergunakan sumur atau sumber air lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit gastroenteritis mulai muncul di mana-mana.
4. Pencemaran udara

Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas normal terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor. Selain itu, hampir setiap tahun asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat pembakaran hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan.
5. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga

Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai. Akibatnya, kualitas air sungai menurun dan apabila di-gunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.

6. Bencana alam/pengungsian

Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, atau banjir yang sering terjadi di Indonesia mengakibatkan penduduk mengungsi yang tentunya menambah banyak permasalahan kesehatan lingkungan.
7. Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah

Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali menimbulkan masalah baru bagi kesehatan lingkungan. Contoh, pemberian izin tempat permukinan, gedung atau tempat industri baru tanpa didahului dengan studi kelayakan yang berwawasan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya banjir, pencemaran udara, air, dan tanah serta masalah sosial lain.
Referensi

Pengantar Kesehatan Lingkunagan

Artikel Terkait:

  • 5 November 2011 -- Mengenal Struktur Ekonomi Indonesia
    Ekonomi Indonesia sebagai sasaran atau obyek yang digarap dalam melaksanakan kebijaksanaan ekonomi dan atau kebijaksanaan fiskal paling tidak dapat diartikan menjadi 3 arti, yaitu ekonomi Indonesia se...
  • 18 July 2011 -- Mengenal Epidemiologi Penyakit Menular
    Pada peneakit menular, sumber infeksi berasal dari orang yang sedang mengalami infeksi dapat berupa kasus atau karier.Kasus dapat berbentuk subklinis dan klinis. Pada kasus subklinis, tidak diketemu...
  • 11 May 2011 -- Nusantara Menjelang Fajar Sejarah
    Seperti apakah keadaan bangsa kita pada masa-masa terakhir sebelum mengenal tulisan? Menjelang menyingsingnya zaman sejarah, masyarakat Nusantara dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu suku-suku .
  • 6 May 2011 -- Sejarah Perkembangan Bidang Manajemen Operasi
    Kegiatan operasi sudah dikenal beribu-ribu tahun yang talu, sejak manusia mengenal cara berburu, membuat suatu benda, dan lain-lain. Pengetahuan atau cara tersebut berkembang terus dengan ditemukan pr...
  • 18 April 2011 -- Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
    Negara Kesatuan Republik Indonesia (disingkat NKRI), juga dikenal dengan name Nusantara yang artinya negara kepulauan. Wilayah NKRI meliputi wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merau

Kamis, 28 Maret 2013

Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia

 

 

 

 

 

 

11 Votes


MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA

(dr. Nengah Adnyana Oka M., M.Kes.)

                Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit. Kondisi sehat dapat dilihat dari dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai salah satu modal produksi atau prakondisi yang dibutuhkan seseorang sehingga dapat beraktivitas yang produktif.

Salah satu upaya mewujudkannya dalam industri dikembangkan konsep kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Dimensi konsumsi menjelaskan manfaat sehat sebagai kondisi yang dibutuhkan setiap manusia untuk dinikmati sehingga perlu disyukuri. Dimensi ini melahirkan pemahaman upaya manusia untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan agar terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan. Usaha-usaha preventif dan promotif seperti gizi, sanitasi, konseling genetika, asuransi, estetika termasuk di dalamnya.

            Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, mempromosikan kesehatan dan efisiensi dengan menggerakkan potensi seluruh masyarakat. Konsep kesehatan masyarakat berkaitan dengan perubahan perilaku sehat akan lebih terbentuk dan bertahan lama bila dilandasi kesadaran sendiri (internalisasi) sehingga konsep upaya sehat dari, oleh dan untuk masyarakat sangat tepat diterapkan.

            Pemerintah Indonesia sudah mengembangkan konsep Desa Siaga yang menggunakan pendekatan pengenalan dan pemecahan masalah kesehatan dari, oleh dan untuk masyarakat sendiri. Peranan petugas kesehatan sebagai stimulator melalui promosi kesehatan dilakukan dengan memberikan pelatihan penerapan Desa Siaga. Kegiatan diwujudkan melalui rangkaian pelatihan mengidentifikasi masalah kesehatan dengan mengenalkan masalah kesehatan dan penyakit yang banyak terjadi dalam lingkungan mereka dilanjutkan survey mawas diri (SMD) dan aplikasi upaya mengatasi yang disepakati masyarakat berupa musyawarah masyarakat desa (MMD). Harapan pemerintah agar upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat lebih cepat dan lebih awet karena masyarakat mampu mandiri untuk sehat.

            Tanpa pemahaman terhadap penyakit dan masalaah kesehatan masyarakat oleh petugas kesehatan maka tidak akan memiliki dasar pemahaman yang kuat. Implikasinya akan terjadi     semakin jauh kesenjangan pemahaman konsep penyakit dan masalah kesehatan antara petugas kesehatan dan masyarakat sehingga gagal dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Masalah Kesehatan Masyarakat

            Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan yang akan menimbulkan berbagai masalah lanjutan seperti masalah kesehatan ibu dan anak, masalah gizi dan penyakit-penyakit baik menular maupun tidak menular. Masalah kesehatan tersebut dapat terjadi pada masyarakat secara umum atau komunitas tertentu seperti kelompok rawan (bayi, balita dan ibu), kelompok lanjut usia dan kelompok pekerja.

  1. Masalah Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di Amerika Serikat  memiliki urutan kedua faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat setelah faktor lingkungan. Di Indonesia diduga faktor perilaku justru menjadi faktor utama masalah kesehatn sebagai akibat masih rendah pengetahuan kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi tersebut mungkin terkait tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat untuk berperilaku sehat. Terbentuknya perilaku diawali respon terhadap stimulus pada domain kognitif berupa pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin (afektif) yaitu sikap terhadap obyek tersebut. Respon tindakan (perilaku) dapat timbul setelah respon pengetahuan dan sikap yang searah (sinkron) atau langsung tanpa didasari kedua respon di atas. Jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk tanda pemahaman manfaat berperilaku tertentu.

Proses terbentuknya sebuah perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan sumber pengetahuan dan diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran sehingga pengetahuan sasaran terhadap sesuatu masalah meningkat dengan harapan sasaran dapat berperilaku sehat.

Sikap setuju terhadap suatu perilaku sehat dapat terbentuk bila pengetahuan yang mendasari perilaku diperkuat dengan bukti manfaat karena perilaku seseorang dilandasi motif. Bila seseorang dapat menemukan manfaat dari berperilaku sehat yang diharapkan oleh petugas kesehatan maka terbentuklah sikap yang mendukung.

Perilaku sendiri menurut Lawrence Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors). Oleh sebab tersebut maka perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan perlu melakukan intervensi terhadap ketiga faktor tersebut di atas sehingga masyarakat memiliki perilaku yang sesuai nilai-nilai kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

  1. Masalah Kesehatan lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat yang optimum pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan.

     2. Penyehatan lingkungan pemukiman

Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas tanah cenderung menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Kriteria tersebut antara lain luas bangunan rumah minimal 2,5 m2 per penghuni, fasilitas air bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan sampah dan limbah, fasilitas dapur dan  ruang berkumpul keluarga serta gudang dan kandang ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi syarat rumah sehat dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental maupun sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah pada kemiskinan dan masalah sosial.

     3. Penyediaan air bersih

Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, mandi, memasak dan mencuci. Air minum yang dikonsumsi harus memenuhi syarat minimal sebagai air yang dikonsumsi. Syarat air minum yang sehat antara lain syarat fisik, syarat bakteriologis dan syarat kimia. Air minum sehat memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, suhu di bawah suhu udara sekitar (syarat fisik), bebas dari bakteri patogen (syarat bakteriologis) dan mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang dipersyaratkan (syarat kimia). Di Indonesia sumber-sumber air minum dapat dari air hujan, air sungai, air danau, mata air, air sumur dangkal dan air sumur dalam. Sumber-sumber air tersebut memiliki karakteristik masing-masing yang membutuhkan pengolahan sederhana sampai modern agar layak diminum.

Tidak terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit seperti infeksi kulit, infeksi usus, penyakit gigi dan mulut dan lain-lain.

     4.  Pengelolaan limbah dan sampah

Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah tangga, industri atau tempat-tempat umum lainnya. Sampah merupakan bahan atau benda padat yang dibuang karena sudah tidak digunakan dalam kegiatan manusia. Pengelolaan limbah dan sampah  yang tidak tepat akan menimbulkan polusi terhadap kesehatan lingkungan.

Pengolahan kotoran manusia membutuhkan tempat yang memenuhi syarat agar tidak menimbulkan kontaminasi terhadap air dan tanah serta menimbulkan polusi bau dan mengganggu estetika. Tempat pembuangan dan pengolahan limbah kotoran manusia berupa jamban dan septic tank harus memenuhi syarat kesehatan karena beberapa penyakit disebarkan melalui perantaraan kotoran.

Pengelolaan sampah meliputi sampah organik, anorganik serta bahan berbahaya, memiliki 2 tahap pengelolaan yaitu pengumpulan dan pengangkutan sampah serta pemusnahan dan pengolahan sampah.

Pengelolaan limbah ditujukan untuk menghindarkan pencemaran air dan tanah sehingga pengolahan limbah harus menghasilkan limbah yang tidah berbahaya. Syarat pengolahan limbah cair meliputi syarat fisik, bakteriologis dan kimia. Pengolahan air limbah dilakukan secara sederhana dan modern. Secara sederhana pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan pengenceran (dilusi), kolam oksidasi dan irigasi, sedangkan secara modern menggunakan Sarana atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (SPAL/IPAL).

  1. Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan

Pengelolaan tempat-tempat umum meliputi tempat ibadah, sekolah, pasar dan lain-lain sedangkan pengolahan makanan meliputi tempat pengolahan makanan (pabrik atau industri makanan) dan tempat penjualan makanan (toko, warung makan, kantin, restoran, cafe, dll). Kegiatan berupa pemeriksaan syarat bangunan, ketersediaan air bersih serta pengolahan limbah dan sampah.

    2.  Masalah Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan optimal. Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai standar membutuhkan syarat ketersediaan sumber daya dan prosedur pelayanan.

Ketersediaan sumber daya yang akan menunjang perilaku sehat masyarakat untuk memanfaat pelayanan kesehatan baik negeri atau swasta membutuhkan prasyarat sumber daya manusia (petugas kesehatan yang profesional), sumber daya sarana dan prasarana (bangunan dan sarana pendukung) seta sumber daya dana (pembiayaan kesehatan).

   3.  Petugas kesehatan yang profesional

Pelaksana pelayanan kesehatan meliputi tenaga medis, paramedis keperawatan, paramedis non keperawatan dan non medis (administrasi). Profesionalitas tenaga kesehatan yang memberi pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan kompetensi dan taat prosedur.

Saat ini masyarakat banyak menerima pelayanan kesehatan di bawah standar akibat kedua syarat di atas tidak dipenuhi. Keterbatasan ketenagaan di Indonesia yang terjadi karena kurangnya tenaga sesuai kompetensi atau tidak terdistribusi secara merata melahirkan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan tidak sesuai kompetensinya. Kurangnya pengetahuan dan motif ekonomi sering menjadikan standar pelayanan belum dikerjakan secara maksimal. Masyarakat cenderung menerima kondisi tersebut karena ketidaktahuan dan keterpaksaan. Walaupun pemerintah telah banyak melakukan perbaikan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia baik melalui peraturan standar kompetensi tenaga kesehatan maupun program peningkatan kompetensi dan pemerataan distribusi tenaga kesehatan tetapi belum seluruh petugas kesehatan mendukung. Hal tersebut terkait perilaku sehat petugas kesehatan yang masih banyak menyimpang dari tujuan awal keberadaannya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kuratif masih memimpin sedangkan aspek preventif dan promotif dalam pelayanan kesehatan belum dominan. Perilaku sehat masyarakat pun mengikuti saat paradigma sehat dikalahkan oleh perilaku sakit, yaitu memanfaatkan pelayanan kesehatan hanya pada saat sakit.

  1. Sarana bangunan dan pendukung

Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan saat ini diatasi dengan konsep Desa Siaga yaitu konsep memandirikan masyarakat untuk sehat. Sayangnya kondisi tersebut tidak didukung sepenuhnya oleh masyarakat karena lebih dominannya perilaku sakit. Pemerintah sendiri selain dana APBN dan APBD, melalui program Bantuan Operasional Kegiatan (BOK) Puskesmas dan program pengembangan sarana pelayanan kesehatan rujukan telah banyak meningkatkan mutu sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di Indonesia.

     2. Pembiayaan kesehatan

Faktor pembiayaan seringkali menjadi penghambat masyarakat mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas. Faktor yang merupakan faktor pendukung (enabling factors) masyarakat untuk berperilaku sehat telah dilakukan di Indonesia melalui asuransi kesehatan maupun dana pendamping. Sebut saja asuransi kesehatan untuk pegawai negeri sipil (PT. Askes), polisi dan tentara (PT. Asabri), pekerja sektor industri (PT. Jamsostek), masyarakat miskin (Jamkesmas Program Keluarga Harapan), masyarakat tidak mampu (Jamkesda) bahkan masyarakat umum (Jampersal dan asuransi perorangan). Namun tetap saja masalah pembiayaan kesehatan menjadi kendala dalam mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu terkait kesadaran masyarakat berperilaku sehat. Perilaku sakit masih dominan sehingga upaya kuratif yang membutuhkan biaya besar cenderung menyebabkan dana tidak tercukupi atau habis di tengah jalan. Karena itu diperlukan perubahan paradigma masyarakat menjadi Paradigma Sehat melalui Pendidikan Kesehatan oleh petugas kesehatan secara terus menerus.

     3. Masalah Genetik

Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik tidak hanya penyakit keturunan seperti hemophilia, Diabetes Mellitus, infertilitas dan lain-lain tetapi juga masalah sosial seperti keretakan rumah tangga sampai perceraian, kemiskinan dan kejahatan. Masalah kesehatan dan penyakit yang timbul akibat faktor genetik lebih banyak disebabkan kurang paham terhadap penyebab genetik, disamping sikap penolakan karena faktor kepercayaan. Agar masyarakat dapat berperilaku genetik yang sehat diperlukan intervensi pendidikan kesehatan disertai upaya pendekatan kepada pengambil keputusan (tokoh agama, tokoh masyarakat dan penguasa wilayah). Intervensi berupa pendidikan kesehatan melalui konseling genetik, penyuluhan usia reproduksi, persiapan pranikah dan pentingnya pemeriksaan genetik dapat mengurangi resiko munculnya penyakit atau masalah kesehatan pada keturunannya

Rabu, 27 Maret 2013

Kisah seorang anak yang memiliki penyakit menyedihkan

Sebuah kisah nyata yang saya temukan dari curhatan seorang ayah pencari air nira yang memiliki 7 orang anak yang tinggal di desa pedalaman Kabupaten Aceh Tamiang yang sangat butuh perhatian dan bantuan, anak ke 5 dari 7 bersaudara yang sering di ejek sama teman – teman sekolah nya “ Busung Lapar” namun nama sebenar nya adalah Adliansyah,yang selalu diam di kalangan teman sekolah nya hanya bisa menahan perih nya sakit yang di alami nya,sebuah penyakit yang bernama Talashemia yang di derita sejak berumur 3-4 bulan hingga sekarang berumur 11 tahun puncak penyakit nya yang menggerogoti tubuh nya,bukti nya abang dan kakak nya yang berjumlah 4 orang meninggal dunia akibat penyakit yang sama di derita nya,Adliansyah hanya bisa menunggu kapan berikut nya meninggal kan dunia yang indah ini,Adliansya yang memiliki seorang ayah se bagai pencari air nira di hutan hanya bisa berdoa Agar anak nya cepat sembuh dan bisa bersekolah lagi, ayah nya berusaha untuk mengobati seada nya namun seorang pencari air nira bersyukur bisa makan sehar-hari sudah Alhamdulillah,sedang kan ibu nya Nurhasanah seorang ibu rumah tangga hanya bisa merawat sambil menangis melihat rintihan sakit penyakit yang di derita oleh anak yang ke 5, sebelum nya anak 1 sampai ke 4 meninggal dunia oleh penyakit yang kejam ini, Iskandar Yus ayah dari Adliansyah hanya berharap kepada orang – orang yang prihatin dengan kondisi anak nya sudi kira nya memberikan sedikit bantuan untuk operasi penyakit yang di derita anak nya. 

Saya sangat perihatin dengan curhatan si ayah anak ini, jadi saya se bisa mungkin dapat membantu agar ada perhatian baik dari pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah atau orang – orang yang Dermawan yang mau membantu Adliansyah,….kalo dulu masa Gubernur Aceh Irwandi Yusuf itu ada program JKA ( Jaminan Kesehatan Aceh), apa kah masa pimpinana Pak Zaini sekarang ini ada juga…??? Saya berharap juga pada ibu Menteri Kesehatan RI agar dapat memberikan solusi yang baik, ,mohon kira nya apa yang saya tulis ini dapat di maklumi karena ini merupakan jeritan hati saya yang melihat nya,mohon maaf jika ada salah kata dalam penulisan nya semoga apa yang saya lakukan ini bisa bermanfaat dan menjadi kebahagiaan bagi keluarga Adliansyah.……. 

Terima kasih kepada Ibu Menteri Kesehatan RI yang sudi kira nya mau memberikan sedikit perhatian kepada Adliansyah semoga apa yang Ibu lakukan mendapat Ridha dari Allah SWT. Aminnn.

Berikut ini Biodata Lengkap Adliansyah :
  1. Nama : Adliansyah
  2. Anak ke : 5 dari 7 bersaudara.
  3. Umur : 11 Tahun
  4. Nama Ayah : Iskandar Yus
  5. Nama Ibu : Nurhasanah
  6. Alamat Rumah : Dusun Panglima Kobat, Desa Tumpuk Tengah, Kec. Bendahara Kab.Aceh Tamiang,Propinsi Aceh
  7. Penyakit yg di derita : Talashemia


SETRES

ISU TERKINI KESMAS 

 

Dewasa ini perubahan tata nilai kehidupan berjalan begitu cepat karena pengaruh globalisasi, modernisasi, inforamasi, industrialisasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola hidup, misalnya pola hidup social religius berubah individualis, materialistis,, dan sekuler; pola hidup produktif ke pola hidu konsumtif dan mewah; dan ambisi karier yang menganut asas moral dan etika hukum ke cara KKN.
Perubahan psikososial dapat merupakan tekanan mental(stressor psikosial) sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupandan berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya. Stresor psikososial, seperti perceraian karba tidak diamalkannya kehidupan religius dalam rumah tangga, masalah orang tua dengan banyaknya kenakalan remaja, hubungan internasional personal yang tidak baik dengan teman dan sebagainya. Namun, tidak semua orang dapat beradaptasi dan mengatasi stressor akibat perubahan tersebut sehingga sehingga ada yang mengalami stress, gangguan penysuaian diri, maupun sakit.
Mengapa kita perlu mempelajari tentang stress?????
  • Untuk mengetahui pengertian stress.
  • Untuk mengetahui dampak stress pada tubuh.
  • Untuk mengetahui mekanisme stress.
  • Untuk mengetahahui cara pemecahan masalah stress.
I. PENGERTIAN STRESS
· Menurut Kozier (1989)
Stress adalah segala sesuatu yang member dampak secara total terhadap individu meliputi fisik,emosi,social,spiritual.
· Menurut Dadang hawari(20000
Stress adalah suatu bentuk ketegangan yang mempengaruhi fungsi alat-alat tubu
· Menurut Dafis(1988)
Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihiondari yang disebabkan oleh perubahan yang memerlikan penyesuaian.
· Menurut Hans Selye
Yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya.
· Menurut Soeharto Heerdjan (1987)
Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam yang menimbul;kan suatu ketegangan dalam diri seseorang.
· Menurut maramis
Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan karena itu sesuatu yang mengganggu kita.
· Menurut Vincent Cornelli
Stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntunan kehidupan,yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam lingkungan tersebut.
· Menurut lilis(1997)
Stress adalah sebuah kondisi dimana system respon manusia berubah keseimbangannya.
II.ASPEK UMUM STRESS
Respon tubuh.
Mekanisme perlindungan diri otomatis dan segera aktivasi
sistem syaraf dan endokrin fight dan flight
respon mekanik /kimia/thermal:
1. Selular
2. Humoral
3. Hormonal/endokrin
4. Saraf
III. TAHAPAN STRESS
1. Alarm Reaction : Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor.
2. Stage of Resistance : Tubuh kembali stabil, kadar hormon, frekuensi jantung, tekanan darah dan curah jantung kembali normal.
3. Stage of Exhaustion : Terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stress dan energi yang diperlukan untuk mempertahankan adaptasi menipis.
IV. TIPE STRESSOR
1.Stressor Internal
Contohnya: tumor, cacat bawaan, hipertensi
2. Stressor Eksternal
Contohnya: Marah kepada teman, konflik dengan orang tua
3. Stessor Fisik
Contohnya : overdosis, virus, luka, suhu.
4.Stessor Psikologis
Contohnya : takut operasi, cemas terhadap operasi, dan berduka karena kematian orang tua.
V. HOMEOSTATIS & FAKTOR-FAKTORNYA
Homeostatis yaitu mekanisme fisiologis yang bervariasi dalam tubuh individu untuk memelihara keseimbangan dalam lingkungan internal. Dipengaruhi oleh beberapa faktor di bawah ini
Faktor genetik
Faktor fisik dan kimiawi
Mikroorganisme dan parasit
Faktor psikologik
Faktor kultural
Migrasi
Faktor Ekologik
Faktor pekerjaan
Burn out
Technologic societies
VI. MEKANISME PERTAHANAN EGO
Mekanisme Pertahanan Ego yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Adapun mekanisme pertahan ego adalah sebagai berikut :
  1. Kompensasi : Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan atau kelebihan yang dimiliki.
  2. Penyangkalan(denial) : Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah yang paling sederhana dan primitive.
  3. Pemindahan (displacement): Pengalihan emosi yang ditujukan pada seorang atau benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.
  4. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.
  5. Identifikasi: Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku, dan selera orang tersebut.
  6. Intelektualisasi: Pengguna logika dan alasan berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya,
  7. Introjeksi: Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil atau melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani.
  8. Isolasi: Pemisahan unsure emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau dalam jangka waktu yang lama.
  9. Proyeksi: Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.
  10. Rasionalisasi: Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.
  11. Reaksi Formasi: Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang bertentangan dengan yang sebenarnya ia rasakan atau ia ingin lakukan.
  12. Regresi: Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan cirri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
  13. Represi: Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan dari kesadaran seseorang; merupakan pertahanan yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.
  14. Pemisahan(splitting): Sikap mengelompokkan orang atau keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif dalam diri sendiri.
  15. Sublimasi: Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyaluran secara normal.
  16. Supresi: Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan suatu analog represi yang disadari.
VII. MODEL_MODEL STRESS
1. Model Stress Berdasarkan Stimulus
- Hukum elastisitas
- Jika strain yang dihasilkan melampaui batas elastisitasnya maka kerusakan akan terjadi.
- Stress sebagai ciri-ciri dari stimulus lingkungan yang dalam beberapa hal dianggap mengganggu atau merusak,
- Stressor eksternal akan menimbulkan reaksi stress atau strain dalam diri individu,
- Stress sebagai sesuatu yang dipelajari
2. Model Stress Berdasarkan Respon
Menurut Selye (1982), terdiri dari 3 tahapan
- Reaksi alarm : respon siaga (fight or flight). Peningkatan cortical hormon, emosi dan ketegangan.
- Fase perlawanan (resistance) : Bila respon adaptif tidak mengurangi persepsi terhadap ancaman, ditandai hormon kortikal tetap tinggi. Usaha fisiologis untuk mengatasi stress mencapai kapasitas penuh.
- Reaksi kelelahan : Perlawanan terhadap stress yang berkepanjangan mulai menurun, fungsi otak tergantung perubahan metabolisme, sistem kekebalan tubuh menjadi kurang efisien dan penyakit yang serius mulai timbul saat kondisi menurun.
3. Model Stress Berdasarkan Transaksional
- Lingkungan dan individu terjadi proses penilaian kognitif (cognitive appraisal)
- Individu bervariasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya yaitu dengan melakukan koping terhadap berbagai tuntutan.
Mengukur potensial stress yaitu :
- Pengukuran primer : Menggali persepsi individu terhadap masalah
- Pengukuran sekunder : Mengkaji kemampuan seseorang atau sumber-sumber tersedia diarahkan untuk mengatasi masalah,
- Pengukuran tersier : Berfokus pada pikiran keefektifan perilaku koping dalam menghadapi ancaman.
VIII. FAKTOR_FAKTOR YANG MEMENGARUHI EFEK STRESSOR
1. Sifat stressor, apa arti sebuah stressor bagi klien? Karena stressor yang sama memberikan arti yang berbeda bagi seseorang.
2. Jumlah stressor pada waktu yang bersamaan, sehingga yang kecil dapat menjadi berat
3. Lamanya stressor. Semakin lama seseorang terpapar stressor maka orang tersebut mengalami penurunan kemampuan dalam mengatasi masalah karena kelelahan.
4. Usia,perkembangan
5. Jenis kelamin
6. Kepribadian
7. Status kesehatan secara umum
8. Support system
IX. LAS DAN GAS
Karakteristik LAS
  1. Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
  2. Respon yang bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
  3. Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus-menerus.
  4. Respon bersifat restorative
Respon LAS banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
  1. Respon Inflamasi
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat.
  1. Respon Refleks Nyeri
REspon ini merupakan respo adaptif yang bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
GAS
Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon yang terlibat didalamnya adalah system saraf otonom dan system endokrin. Di beberapa buku teks, GAS sering disamakan dengan system Neuroendrokin.
GAS terdiri dari beberapa fase:
1. Reaksi Alarm (peringatan)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot, peningkatan ambilan oksigen dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifasi hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respons melawan atau menghindar. Bila stressor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
2. Fase Resistensi
Tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, dan cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil maka tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahap terakhir dari GAS yaitu fase kehabisan energi.
3. Fase Kehabisan Tenaga
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis. Akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stress. Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap stressor inilah yang berdampak pada kematian individu tersebut.
X. METODE KOPING
Ada dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis seperti yang dikemukakan oleh Bell (1977), dua metode tersebut antara lain:
  1. Metode koping jangka panjang, cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis dalam kurun waktu yang lama, contonhya:
a. Berbicara dengan orang lain.
b. Mencoba mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah yang sedang diahadapi.
c. Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan supranatural.
d. Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan.
e. Membuat berbagai alternative tindakan untuk mengurangi situasi.
f. Mengambil pelajaran atau pengalaman masa lalu.
  1. Metode koping jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stress dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektf untuk digunakan dalam jangka panjang. Contohnya:
    1. Menggunakan alcohol atau obat
    2. Melamun dan fantasi.
    3. Mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan.
    4. Tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil.
    5. Banyak tidur
    6. Banyak merokok.
    7. Menangis
    8. Beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah.
KESIMPULAN
Stress adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya.
Stress tidak selama bersifat negative tetapi stress juga bersifat positif. Misalnya seseorang yang diberi jabatan penting di suatu institusi. Awalnya mungkin ia akan merasa stress tetapi stress tersebut akan memacu untuk mengatasi tantangan akibat jabatan yang dipercayakan kepadanya. Apabila ia sukses mengemban tugas tersebut , ia tidak akan mengalami stress, tetapi eustress.
Stress dapat menjadi motivator yang penting dan bermanfaat dalam mencapai tujuan atau cita-cita tertentu sehingga kita berusaha keras untuk mencapainya.